MAKAN BESAPRAH PADA MASYARAKAT MELAYU SAMBAS DI JAWAI: IDENTIFIKASI NILAI-NILAI PSIKOLOGI
DOI:
https://doi.org/10.24260/jpkk.v4i1.3216Keywords:
Makan Besaprah, Melayu, Sambas, PsikologiAbstract
Kalimantan Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki keragaman etnis dan budaya, salah satunya suku Melayu dengan tradisi makan besaprah. Tradisi ini merupakan warisan budaya temurun dan hingga kini masih dijalankan oleh sebagian masyarakat di Kecamatan Jawai, Kabupaten Sambas. Kajian mengenai praktik budaya ini, khususnya pada masyarakat Jawai, belum banyak dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tradisi makan besaprah di Kecamatan Jawai serta mengkaitkannya dengan nilai-nilai psikologi, khususnya teori psychological well-being yang relevan dalam konteks kekinian. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara dan observasi terhadap salah satu subjek yang masih melaksanakan tradisi tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi makan besaprah bukan hanya sebatas aktivitas makan bersama, tetapi juga sarana untuk mempererat silaturahmi, meningkatkan solidaritas antaranggota masyarakat dan keluarga, serta membangun kebahagiaan kolektif. Selain itu, tradisi ini mengajarkan nilai syukur atas rezeki yang diterima, sejalan dengan konsep psychological well-being yang menekankan pentingnya relasi positif, kebahagiaan, dan makna hidup dalam keseharian.
West Kalimantan is one of the provinces in Indonesia that has ethnic and cultural diversity, one of which is the Malay tribe with the tradition of eating besaprah. This tradition is a hereditary cultural heritage and is still carried out by some people in Jawai District, Sambas regency. Studies on this cultural practice, especially in the Jawai people, have not been done much. This study aims to describe the tradition of eating besaprah in the District of Jawai and associate it with the values of psychology, especially the theory of psychological well-being that is relevant in the context of the present. This study uses descriptive qualitative methods with data collection techniques through interviews and observations of one of the subjects who still carry out the tradition. The results showed that the tradition of eating besaprah is not only limited to eating together, but also a means to strengthen friendship, increase solidarity between community members and families, and build collective happiness. In addition, this tradition teaches the value of gratitude for the sustenance received, in line with the concept of psychological well-being that emphasizes the importance of positive relationships, happiness, and the meaning of life in everyday life.
References
Azyz, A. N. M. (2018). Hubungan antara School Well-Being dengan Kecemasan Akademik Pada Mahasiswa IAIN Kediri. Skripsi, IAIN Kediri.
Dewi, N. A. (2023). Strategi Branding Pariwisata Indonesia Melalui Wonderful Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Komunikasi, Administrasi Negara dan Hukum (Vol. 1, No. 1, pp. 161-168).
Hapsari, N. (2023). Kuliner Kota Pontianak Kalimantan Barat. Disertasi Poltekpar NHI Bandung.
Januardi, A., Superman, S., & Firmansyah, H. (2022). Tradisi Masyarakat Sambas: Identifikasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal dan Eksistensinya. Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humaniora, 13(1), 185.
Kartika, A., Yanti, D., Sari, M., & Hafizi, M. Z. (2025). Transformasi Nilai Tradisi Besaprah dalam Budaya Sambas di Era Globalisasi. Jurnal Pendidikan Sosial Indonesia, 2(3), 115-125.
Mardiyanti, L. R., Ramadhan, I., & Kurnia, H. (2023). Profil Melayu Sambas dalam konteks asal-usul, tradisi dan budaya di Kalimantan Barat. Jurnal Ilmu Sosial dan Budaya Indonesia, 1(1), 1-9.
Masfiah, U. (2015). Falsafah Damai untuk Borneo (Studi terhadap Pesan Damai dalam Karya Tiga Cendekiawan Muslim Kalbar Pasca Reformasi). Jurnal SMART (Studi Masyarakat, Religi, dan Tradisi), 1(1).
Milla, M. N. (2022). Catatan Editor JPS - Setelah Pandemi: Preferensi Individu dan Kelompok dalam Interaksi Sosial. Jurnal Psikologi Sosial, 20(2), iii–iv.
Pandawangi.S. (2021). Metodologi Penelitian. Journal Information, 4, 1–5.
Purwanti, dkk. (2021). Menggali Kearifan Lokal Dinamika Hukum Adat Kontemporer. Sleman-Yogyakarta: Karya Bhakti Makmur (KBM).
Riansyah, R. (2023). Tradisi Saprahan Bentuk dari Kesetaraan dalam Masyarakat Melayu Sambas. Besaung: Jurnal Seni Desain dan Budaya, 8(1).
Rosana, E. (2017). Dinamisasi kebudayaan dalam realitas sosial. Al-Adyan: Jurnal Studi Lintas Agama, 12(1), 16-30.
Santoso, A. G., Istiawan, D., & Khikmah, L. (2022). Analisis Indeks Kerukunan Umat Beragama di Provinsi Kalimantan Barat. Intizar, 28(2), 70-84.
Sarasati, R. (2021). Membangun Identitas Nasional Melalui Teks: Review Singkat Terhadap Teks Sastra dalam Buku Teks Bahasa Indonesia. Diksi, 29 (1), 69-76.
Wahab, W., Erwin, E., & Purwanti, N. (2020). Budaya Saprahan Melayu Sambas: Asal Usul, Prosesi, Properti dan Pendidikan Akhlak. Arfannur, 1(1), 75–86.
Yusriadi, Y. (2019). Identitas Dayak dan Melayu di Kalimantan Barat. Handep, 1(2), 1-16.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2025 Cheldi Ibra Pradika

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.