PERANG KETUPAT: WARISAN MULTIKULTUR DAN PEMERTAHANAN IDENTITAS MELAYU TAYAN

  • Yusriadi Yusriadi IAIN Pontianak, Indonesia
  • Ismail Ruslan IAIN Pontianak, Indonesia
  • Nunik Hasriyanti Politeknik Negeri Pontianak, Indonesia
  • Zaimuarifuddin Shukri bin Nordin Universiti Malaysia Sarawak, Malaysia
  • Dilah bin Tuah Universiti Malaysia Serawak, Malaysia
Keywords: Perang Ketupat, Identitas Budaya, Masyarakat Melayu Tayan, Multikulturalisme, Kohesi Sosial

Abstract

Perang Ketupat merupakan tradisi unik masyarakat Melayu Tayan, Kalimantan Barat, yang merepresentasikan upaya pemertahanan identitas budaya di tengah pluralitas sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji fungsi tradisi Perang Ketupat sebagai mekanisme dalam memperkuat identitas budaya dan membangun integrasi sosial di masyarakat yang semakin majemuk. Dengan pendekatan kualitatif-deskriptif, data diperoleh melalui observasi partisipatif, wawancara mendalam dengan tokoh adat dan masyarakat setempat, serta kajian dokumen terkait tradisi ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perang Ketupat berperan sebagai ruang dialektis antara adat lokal dan pengaruh budaya luar, menciptakan solidaritas komunal yang memperkuat kohesi sosial. Tradisi ini juga menjadi sarana afirmasi identitas budaya Melayu Tayan sekaligus membangun hubungan lintas budaya yang harmonis dengan komunitas lain di wilayah tersebut. Namun, modernisasi menghadirkan tantangan, terutama dalam mempertahankan esensi tradisi di tengah perubahan nilai-nilai sosial. Oleh karena itu, diperlukan kolaborasi antara komunitas lokal, pemerintah, dan aktor sosial lainnya untuk memastikan keberlanjutan tradisi ini sebagai warisan budaya yang dinamis.

Perang Ketupat is a unique tradition of the Malay Tayan community in West Kalimantan, representing efforts to preserve cultural identity amidst social plurality. This study aims to explore the role of the Perang Ketupat tradition as a mechanism for strengthening cultural identity and fostering social integration in an increasingly diverse society. Employing a qualitative-descriptive approach, data were collected through participatory observation, in-depth interviews with local community leaders and cultural figures, and a review of relevant documents on the tradition.  The findings reveal that Perang Ketupat serves as a dialectical space between local customs and external cultural influences, fostering communal solidarity that enhances social cohesion. The tradition also acts as a means of affirming the cultural identity of the Malay Tayan community while promoting harmonious cross-cultural interactions with other groups in the region. However, modernization poses challenges, particularly in maintaining the essence of the tradition amidst shifting social values. Therefore, collaboration among local communities, government entities, and other social actors is crucial to ensure the sustainability of this tradition as a dynamic cultural heritage.

References

Anheier, H. K. (2020). Cultures, Values, and Identities: What Are the Issues?. Global Perspectives, 1(1), 11755.

Anggara, B. (2023). Strategi Pengembangan Festival Perang Ketupat di Pura Lingsar Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Jurnal Penelitian Mahasiswa Pariwisata, 1(2), 95-101.

Anzani, N., & Fitriani, A. (2024). Kondisi Peningkatan Jumlah Penduduk Indonesia dan Implikasinya Terhadap Daya Dukung Alam Melalui Data Sensus Serta Berita Terbaru. Al-Furqan: Jurnal Agama, Sosial, dan Budaya, 3(3): 1283-1289.

Antara. (2012). Raja Gusti Yusri Penerus Kerajaan Paku Negara. Antara, 04 Mei 2012. https://kalbar.antaranews.com/berita/302063/raja-gusti-yusri-penerus-kerajaan-paku-negara

Avruch, K. (2022). Culture and conflict resolution. In The Palgrave Encyclopedia of Peace and Conflict Studies (Hal: 254-259). Cham: Springer International Publishing.

Booth, A. (1998). Indonesia: The Economic Development of Indonesia. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Collins, J. T. (2001). Contesting Straits-Malayness: The Fact of Borneo. Journal of Southeast Asian Studies, 32(3), 385-395.

Enthoven, JJK., (2013). Sejarah dan Geografi Daerah Sungai Kapuas Kalimantan Barat. Terj. P. Yeri. Pontianak: Institut Dayakologi.

Hageman, B. (2005). Kalimantan Barat dalam Abad ke-19: Perdagangan dan Kolonialisasi. Jakarta: Penerbit Gramedia.

Hooker, VM. 1991. Tuhfat al-Nafis: Sejarah Melayu-Islam. Terj. Ahmad Fauzi. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

Istiqomah, A., & Widiyanto, D. (2020). Ancaman Budaya Pop (Pop Culture) Terhadap Penguatan Identitas Nasional Masyarakat Urban. Jurnal Politik Walisongo, 2(1): 47-54.

Jumariam, Meity T. Qodratillah, dan C. Ruddyanto. (1996). Senarai kata serapan dalam bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Kemdikbud, (2015). Panduan Pencatatan, Penetapan, dan Penominasian Warisan Budaya Takbenda Indonesia. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kusnoto, Y., & Firmansyah, H. (2016). Eksistensi istana kerajaan di kalimantan barat sebagai sumber belajar sejarah. HISTORIA: Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah, 4(1), 19-28.

Lareina, F. I., Prakoso, M. A. N. B., Subekti, A., Swastika, R., Fitroni, D. S., & Nurhayati, E. (2024). Perkembangan Bahasa Asing di Indonesia dan Pengaruhnya terhadap Kata Serapan dalam Bahasa Indonesia. Indonesian Culture and Religion Issues, 1(2): 1-9.

Mahmudah Fitriyah, Z. A., Siddiq, M., & Dekhnich, O. V. (2023). Representasi serapan bahasa Portugis sebagai pemerkaya kosakata bahasa Indonesia. Dialektika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 10 (1): 39-55.

Medcom.id. (2023). Warisan Budaya Tak Benda Indonesia 2023 Bertambah Jadi 1.941. https://www.medcom.id/pendidikan/news-pendidikan/ob3ZvmAN-warisan-budaya-tak-benda-indonesia-2023-bertambah-jadi-1-941

Musarofah, S. (2018). Pelestarian Tradisi Ngumbah Keris dan Peningkatan Ekonomi Masyarakat melalui Demonstrasi Ngumbah Keris pada Bulan Suro di Ponorogo. Proceedings of Annual Conference on Community Engagement, 2, 755-767.

Mustawan, M. D. (2021). Nilai-Nilai Pendidikan Agama Hindu Dalam Tradisi Perang Ketupat Desa Kapal Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung Provinsi Bali. Widya Aksara: Jurnal Agama Hindu, 26(1), 31-39.

Nagata, J. A. (1974). What is a Malay? Situational selection of ethnic identity in a plural society. American ethnologist, 1(2), 331-350.

Pusdatin Kemdikbud. (2021). Statistik Kebahasaan dan Kesastraan 2021. Jakarta: Setjen, Kemdikbud.

Putri, D. A., & Al Masjid, A. (2022). Eksistensi Upacara Adat Perang Ketupat di Desa Tempilang Sebagai Kekayaan Budaya di Kabupaten Bangka Barat. Jurnal Ilmu Budaya, 19(1), 24-34.

Rahmayani, A., Darmadi, Y., & Firmansyah, A. (2018). Dari Hulu ke Hilir: Integrasi Ekonomi di Sungai Kapuas pada 1900-1942. Pontianak: Balai Pelestarian Nilai Budaya Kalimantan Barat.

Reid, A. (1993). Southeast Asia in the Early Modern Era: Trade, Power, and Belief. Ithaca: Cornell University Press.

Rovita, D., Yuwono, U., & Suganda, S. P. (2023). Konstruksi Kompositum dalam Bahasa Melayu Klasik Berdasarkan Penelusuran Korpus. Mabasan, 17(1), 183-208.

RRI. (2024). Pj Sekda Sanggau Apresiasi Festival Budaya Mande Bedel. RRI, 5 Oktober 2024. https://www.rri.co.id/daerah/1027712/pj-sekda-sanggau-apresiasi-festival-budaya-mande-bedel

Sarjiyanto, S., & Inagurasi, L. H. (2018). Perdagangan di Pertemuan Sungai Kapuas dan Tayan, Sanggau, Kalimantan Barat, Abad Ke-19. Purbawidya: Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Arkeologi, 7(1), 71-88.

Septiani, C. (2023). Evolusi Kebudayaan Melayu di Era Modern. UInScof, 1(1), 603-613. https://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/UInScof2022/article/view/607

Soemardjan, S. (1962). Perekonomian Kalimantan Barat: Dampak Kolonialisme dan Perdagangan. Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Tantowi, L., & Salim, T. A. (2023). Preservasi Koleksi Pusaka Tujuh Pasca Tradisi Jamasan Pusaka di Museum Prabu Geusan Ulun. Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni, 7(1), 09-16.

Tomi. (2020). Mande’ Bedil Keraja’ : Ritual Tolak Bala Kerajaan Tayan. Sanggau: CV. Tom's Book Publishing.

Umami, A. A., Khadijah, U. L. S., & Lusiana, E. (2023). Pelestarian Warisan Budaya Takbenda di Kampung Pulo Kabupaten Garut. Jurnal Ilmiah Multidisiplin, 2(03), 42-51.

Van Dijk, C. (2000). Sejarah Kalimantan Barat: Pengaruh Eropa di Kalimantan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Yusriadi, Y., Ismail, R., Hasriyanti, N., Mustolehudin, M., & Shin, C. (2021). Religion and Malay-Dayak Identity Rivalry in West Kalimantan. El Harakah, 23(1), 85-101.

Yusriadi, Y & I Muttaqin. (2018). Heterogeneous Islam as a Cultural Identity of Multicultural-Communities in the Suburbs of Pontianak. Al-Albab 7 (1): 115-130.

Published
2025-01-11
How to Cite
Yusriadi, Y., Ruslan, I., Hasriyanti, N., Shukri bin Nordin, Z., & Tuah, D. (2025). PERANG KETUPAT: WARISAN MULTIKULTUR DAN PEMERTAHANAN IDENTITAS MELAYU TAYAN. Jurnal Pendidikan, Kebudayaan Dan Keislaman, 3(3), 125-141. https://doi.org/10.24260/jpkk.v3i3.3900
Section
Articles