Pendidikan Islam dan Tradisi Manik Beladau
DOI:
https://doi.org/10.24260/arfannur.v4i3.1858Keywords:
Manik Beladau, Islam, MelayuAbstract
The aims of this study is to describe the stages of implementing the Manik Beladau tradition in Nanga Mahap District, the compatibility and incompatibility between this tradition and Islam, and how Islam views this tradition. This research has used a qualitative approach and descriptive method. Meanwhile, data collection has been carried out by observation and interviews. The results showed that the aim of the Manik Beladau tradition was to prevent bad luck for the bride and groom by bathing them in water mixed with various flowers, leaves and fruit; then gave them water that had been prayed for; fumigated their bodies; and ordered them to step on eggs covered with lumps of rice. From an Islamic perspective, there is compatibility and incompatibility between this tradition and Islam. However, this tradition does not have to be abandoned because these conflicting things can still be modified so that they are compatible with Islam.
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mendeskripsikan tahapan pelaksanaan tradisi Manik Beladau di Kecamatan Nanga Mahap, mengungkap titik temu antara tradisi tersebut dengan ajaran Islam, serta mengetahui pandangan Islam terhadap tradisi tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode deskriptif. Sementara itu, pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuan dari tradisi Manik Beladau ialah untuk menghilangkan hal-hal buruk pada pasangan pengantin dengan cara memandikan mereka dengan air yang dicampur dengan berbagai bunga, daun, dan buah; kemudian memberikan mereka air yang sudah didoakan; mengasapi tubuh mereka; hingga menyuruh mereka menginjak telur yang ditutup dengan gumpalan nasi. Jika dinilai dari ajaran Islam, terdapat keselarasan dan pertentangan antara tradisi ini dengan Islam. Meski demikian, tradisi ini tidak lantas ditinggalkan sebab hal-hal yang bertentangan tersebut masih dapat diperbaiki sehingga ia dapat benar-benar sejalan dengan ajaran Islam.
Kata Kunci: Manik Beladau, Islam, Melayu