Internalisasi Nilai-Nilai Islam Melalui Bimbingan Konseling Multikultural dalam Pantang Larang
DOI:
https://doi.org/10.24260/as-syamil.v4i2.3938Kata Kunci:
Internalization; Islamic values; Multicultural Counseling; Taboo.Abstrak
Tuliskan Penelitian ini bertujuan mengungkap internalisasi nilai-nilai Islam melalui bimbingan konseling multicultural dalam pantang larang. Adapun rumusan masalah penelitian yaitu: bagaimana mengungkap internalisasi nilai-nilai Islam melalui bimbingan konseling multicultural dalam pantang larang. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, dimana datanya diperoleh melalui penelitian lapangan karena obyek kajiannya adalah social budaya yang dikhususkan pada pengumpulan pantang larang. Adapun langkah-langkah yang ditempuh yakni mencatat atau mendokumentasikan pantang larang yang masih diingat dan dipraktekkan oleh masyarakat, melakukan klasifikasi pantang larang yang mengandung nilai-nilai Islam dan menafsirkan pantang larang sesuai dengan nilai-nilai Islam yang meliputi aqidah, syariah dan akhlak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa internalisasi nilai aqidah melalui bimbingan konseling multikultural dalam pantang larang mencakup seluruh pantang larang baik yang tersurat maupun yang tersirat, semuanya bermuara kepada hubungan dengan Sang Khalik, terlihat pada pantang larang membakar sisa batang padi atau rapun, pantang larang berkeliaran saat magrib, dan pantang larang melangkahi Al-Qur’an. Internalisasi nilai-nilai syariat melalui konseling multikultural dalam pantang larang yakni aturan yang membangun hubungan manusia dengan manusia yang lain dan alam semesta, terlihat pada pantang larang kayu tak boleh dirusak-rusak, binatang tak boleh dibunuh, calon ayah tidak boleh membunuh binatang. Internalisasi nilai akhlak melalui bimbingan konseling multicultural dalam pantang larang, terlihat pada pantang larang tidak boleh makan sambil baring nanti jadi pemalas, tidak boleh makan berantakan nanti nasinya menangis, larangan memukul menggunakan sapu. Alhasil, pantang larang yang sudah menjadi budaya dimasyarakat sebagai pembentukan karakter bagi individu secara turun-temurun melalui penuturan dan teladan.